Peter
Merunut Kisah si Anak Menyebalkan
M.Fajar.Rusli
Di antara anak-anak lain, harus kuakui
bahwa Peterlah yang paling menyebalkan. Bayangkan , dia selalu memerintah semua
orang dengan seenaknya , tak peduli itu hantu maupun manusia sepertiku. Dan,
yang lebih gilannya lagi, tak ada satu pun yang berani menolak keinginannya,
termasuk aku. Seperti ada sebuah kekuatan yang menaungi Peter, Kekuatan yang
membuat semua bertekuk lutut dengan mudah di hadapannya.
Anak ini biasa-biasa
saja, tetapi dia berlagak bagaikan dia sangat istimewa. Anak ini tidak berbadan
kukuh, tapi dia berlagak seolah memiliki badan tegap di antara anak-anak
lainnya. Padahal, William yang usianya lebih muda dari Peter pun memiliki lebih
tinggi dan lebih gagah. Tapi, Peter memang berbeda, sikap keras kepalanya
mengalahkan siapa pun yang ada di sekelilingnya. Jika tak ada yang menggubris,
dia akan bertindak sesuka hati,jahil,atau malah cenderung jahat.
Aku jadi ingat saat dia tak suka karena
ayahku melarang anaknya pergi keluar rumah. Wajar saja, pada saat itu ayah yang
tak melihat keberadaan mereka di sekelilingku merasa khawatir jika aku keluar
sendirian. Dengan muka kesalnya, tiba-tiba Peter menjambak rambut ayah yang
saat itu tengah tertidur santai di sofa ruang tamu rumah Nenek. Aneh, pikirku,
jika sedang kesal dia bisa melakukan hal-hal seperti yang manusia normal
lakukan. Dan pada saat itu, ayah terbangun kaget merasakan rambutnya dijambak,
meskipun tak melihat siapa pelakunya.
Peter adalah pemimpin
bagi keempat sahabatnya. Si kecil Janshen pernah mengaku kepadaku, bahwa
sesungguhnya dia agak ketakutan menghadapi Peter. Katanya,” Aku takut kalau
melihat Peter marah, sangat mengerikan! Lebih baik aku menuruti kemauannya
saja,” ungkapnya lesu. Kasihan
memang, melihat sahabat-sahabatku ini terintimidasi oleh gaya ‘Sok Benar’
Peter.
Monalisa Septiany Putri
Aku jadi ingat lagi, saat tiba-tiba
Hans datang dan mengadu kepadaku soal Peter. Dia begitu terpukul saat dikatai
seperti anak perempuan oleh Peter.Hanya karena Hans lebih suka berdiam di dapur
rumah Nenek , sambil memerhatikan Nenek membuat kue diasana , dibandingkan ikut
berlarian bersama Peter di lapangan tak jauh dari rumah.Peter saat itu cukup
marah menerima penolakan Hans, dan mulai mengejek Hans seenaknya.Yang membuat
Hans tampak terpukul adalah karena yang lain ikut-ikutan meneriakinya,
menirukan segala ejekan Peter. Bahkan Hendrick yang paling dekat dengan Hans
pun ikut meledek . Aku geram mendengar aduan Hans , dan memutuskan untuk
mendatangi Peter, membahas masalah ini.
Peter hanya tertawa
melihatku memarahinya , dengan tatapan mengejek khasnya,dia kembali menjelekkan
Hans dan menambahkan ejekan sebagai sin pengadu .”Perempuan mengadu pada
perempuan...Dasar anak perempuan!”katanya sambil terpimgkal-pingkal
Amarahku dengan cepat terpacu , emosiku
meletup-letup hampir tak terbendung .Aku balik meneriakinyan , “kau juga
lahir dari seorang perempuan! Menghinaku berarti menghina mamamu juga ! Jangan
bersikap seperti itu, Peter !”
Keadaan tiba-tiba menjadi hening,Peter tak lagi tertawa,semua mata tertuju
kepadaku dengan ekspresi kaget.Seketika itu juga aku sadar,aku telah melakukan
kesalahan.Aku lupa bahwa kami pernah sepakat untuk tak membahas soal keluarga
Peter,terutama menyangkut sang mama.Tak lama kemudian,Peter berbalik dan
berlari meninggalkanku dengan marah.Dia menyendiri untuk beberapa saat,menghindari kami semua hingga
kondisi perasaannya kembali stabil.
Begitulah dia,tak ada yang berhasil menutup mulut jahatnya.Kecuali
satu,membicarakan tentang sang mama...
Suatu hari pada bulan
Desember,televisi-televisi banyak menayangkan acara bertema natal. Mereka yang
menyebut televisi “kotak ajaib”ikut berkeliling menemaniku menonton didalam
kamar.Kamarku kecil,tapi orangtuaku memberikan fasilitas segala hal yang
kusukai disitu,agar aku kerasan tinggal di rumah Nenek.
Salma Nabilla
Ada televisi mungil yang hampir setiap
sore kami tonton bersama tayangan favoritmereka adalah film kartun sore hari.
Berhubung malam ini hujan deras,kami memutuskan untuk berkumpul saja di dalam
kamarku yang hangat sambil menonton televisi.
Malam itu,kami menonton film berjudul Home Alone.Film ini
menceritakan tentang seorang anak yang terpisah dari keluarganya pada malam
Natal. Adegan-adegan lucu di film itu banyak memancing tawa kami semua , tak
terkecuali Peter. Suasana Natal khas Amerika di film itu kerapkali membuat
kelimanya tersenyum dengan mata berbinar. Mereka begitu mengagumi
kelap-kerlip lampu yang menghiasi pohon-pohon Natal di film itu. Mata mereka
bagai memiliki jiwa,tak seperti biasanya.
Namun aku tak menyangka , malam itu akan
menjadi malam yang berakhir kaku. Kelima anak itu tiba-tiba tercengang,tatkala
film itu menampilkan adegan pertemuan ibu dan anak tokoh utama pada malam
Natal. Dalam adegan itu,sang Ibu terlihat begitu bahagia memeluk anaknya yang
tak kalah bahagia. Hanya aku yang tersenyum melihat adegan itu , tampa
menyadari binar di mata kelima sahabatku memudar.
“Kalian kenapa?”Aku yang tersadar mulai bertanya perihal perubahan sikap
mereka.
Hanya William yang merespons
pertanyaanku. Dia menjawabnya dengan berkata,”Matikan saja kotak
ajaibnya,Risa.”
Aku mengerutkan kening,semakin heran
melihat perubahan drastis kelimanya. “Kenapa?Filmnya belum beres!” aku ngotot.
William menatapku serius sambil mengangguk tegas,”Matikan.”
Peter yang kali pertama berbicara, setelah suasana hening cukup lama”Aku
rindu Mama,rindu sekali...”Kepalanya tertunduk sedih.
“Ke mana mamamu?” tanyaku
polos. Sesungguhnya,aku tak pernah tahu apa yang terjadi pada diri mereka
semua pada masa lalu. Hans dan Hendrick agak kaget mendengar pertanyaan
terakhirku,tapi kemudian ikut menunduk seperti Peter. “Iya,ke mana dia?”kembali
pertanyaan itu meluncur dari bibirku. Tak ada yang menjawab pertanyaanku,bahkan
Peter sekalipun.
Delia Febiana
Mereka semua
membubarkan diri,ada yang berjalan lesu ke arah belakang kamar,ada yang berlari
cepat ke arah pintu,berhamburan sendiri-sendiri,tak mengobrol seperti
biasa.Janshen ikut-ikutan pergi meninggalkanku,padahal tadinya aku ingin
berusaha mengorek info ini darinya,karena dia yang paling mudah untuk diajak
bicara mengenai banyak hal.Aku ditinggalkan,kebingungan sendiri,dan mulai
menyalahkan diri sendiri karena sesuatu yang tidak kuketahui.
Peter menyimpan sejuta misteri.Jauh di
lubuk hatinya,aku bisa melihatnya sebagai anak yang baik dan punya kepekaan
tinggi terhadap lingkungan sekitarnya.Ada kesedihan di mata
sahabat-sahabatku,kesedihan yang merenggut binar mata mereka.Tapi,di antara
yang lain, Peterlah yang paling terlihat menyedihkan.Dibalik semua sikapnya
yang menyebalkan,ada perasaan yang tak pernah dia ungkapkan.
Akhirnya,fakta-fakta baru muncul ke permukaan.Sebagian besar kudengar
dari William.
Dipikir-pikir,William itu gemar bergosip juga,ya?Ya,walaupun dalam kemasan
berbeda,tak seperti pada umumnya.Sejak aku kecil,Will yang sedikit demi sedikit
membisikkan info tentang segala sesuatu yang terjadi pada mereka
semua,sahabat-sahabatku.Tak terkecuali,cerita tentang Peter yang nakal.
Anak itu,Peter Van
Gils,bukan sembarang anak Belanda.Orangtuanya punya peran penting semasa
hidupnya,terutama sang Papa.Peter tumbuh dalam keluarga kaya yang tak
kekurangan apa pun.Meski hidup di tanah jajahan,keluarga itu lumayan
terpandang.Bukan berkuasa di kota besar,memang.Tapi,setidaknya,dikota kecil
tempat keluarga ini tinggal,tak ada seorang pun yang tak kenal keluarga Van
Gils.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar