Selasa, 01 November 2016

Tugas Cerita

Peter
Merunut Kisah si Anak Menyebalkan
M.Fajar.Rusli
       Di antara anak-anak lain, harus kuakui bahwa Peterlah yang paling menyebalkan. Bayangkan , dia selalu memerintah semua orang dengan seenaknya , tak peduli itu hantu maupun manusia sepertiku. Dan, yang lebih gilannya lagi, tak ada satu pun yang berani menolak keinginannya, termasuk aku. Seperti ada sebuah kekuatan yang menaungi Peter, Kekuatan yang membuat semua bertekuk lutut dengan mudah di hadapannya.

Anak ini biasa-biasa saja, tetapi dia berlagak bagaikan dia sangat istimewa. Anak ini tidak berbadan kukuh, tapi dia berlagak seolah memiliki badan tegap di antara anak-anak lainnya. Padahal, William yang usianya lebih muda dari Peter pun memiliki lebih tinggi dan lebih gagah. Tapi, Peter memang berbeda, sikap keras kepalanya mengalahkan siapa pun yang ada di sekelilingnya. Jika tak ada yang menggubris, dia akan bertindak sesuka hati,jahil,atau malah cenderung jahat.

Aku jadi ingat saat dia tak suka karena ayahku melarang anaknya pergi keluar rumah. Wajar saja, pada saat itu ayah yang tak melihat keberadaan mereka di sekelilingku merasa khawatir jika aku keluar sendirian. Dengan muka kesalnya, tiba-tiba Peter menjambak rambut ayah yang saat itu tengah tertidur santai di sofa ruang tamu rumah Nenek. Aneh, pikirku, jika sedang kesal dia bisa melakukan hal-hal seperti yang manusia normal lakukan. Dan pada saat itu, ayah terbangun kaget merasakan rambutnya dijambak, meskipun tak melihat siapa pelakunya.

Peter adalah pemimpin bagi keempat sahabatnya. Si kecil Janshen pernah mengaku kepadaku, bahwa sesungguhnya dia agak ketakutan menghadapi Peter. Katanya,” Aku takut kalau melihat Peter marah, sangat mengerikan! Lebih baik aku menuruti kemauannya saja,” ungkapnya lesu.       Kasihan memang, melihat sahabat-sahabatku ini terintimidasi oleh gaya ‘Sok Benar’ Peter.


Monalisa Septiany Putri
        Aku jadi ingat lagi, saat tiba-tiba Hans datang dan mengadu kepadaku soal Peter. Dia begitu terpukul saat dikatai seperti anak perempuan oleh Peter.Hanya karena Hans lebih suka berdiam di dapur rumah Nenek , sambil memerhatikan Nenek membuat kue diasana , dibandingkan ikut berlarian bersama Peter di lapangan tak jauh dari rumah.Peter saat itu cukup marah menerima penolakan Hans, dan mulai mengejek Hans seenaknya.Yang membuat Hans tampak terpukul adalah karena yang lain ikut-ikutan meneriakinya, menirukan segala ejekan Peter. Bahkan Hendrick yang paling dekat dengan Hans pun ikut meledek . Aku geram mendengar aduan Hans , dan memutuskan untuk mendatangi Peter, membahas masalah ini.
Peter hanya tertawa melihatku memarahinya , dengan tatapan mengejek khasnya,dia kembali menjelekkan Hans dan menambahkan ejekan sebagai sin pengadu .”Perempuan mengadu pada perempuan...Dasar anak perempuan!”katanya sambil terpimgkal-pingkal

Amarahku dengan cepat terpacu , emosiku meletup-letup hampir tak terbendung .Aku balik meneriakinyan  , “kau juga lahir dari seorang perempuan! Menghinaku berarti menghina mamamu juga ! Jangan bersikap seperti itu, Peter !”

Keadaan tiba-tiba menjadi hening,Peter tak lagi tertawa,semua mata tertuju kepadaku dengan ekspresi kaget.Seketika itu juga aku sadar,aku telah melakukan kesalahan.Aku lupa bahwa kami pernah sepakat untuk tak membahas soal keluarga Peter,terutama menyangkut sang mama.Tak lama kemudian,Peter berbalik dan berlari meninggalkanku dengan marah.Dia menyendiri untuk   beberapa saat,menghindari kami semua hingga kondisi perasaannya kembali stabil.

Begitulah dia,tak ada yang berhasil menutup mulut jahatnya.Kecuali satu,membicarakan tentang sang mama...

Suatu hari pada bulan Desember,televisi-televisi banyak menayangkan acara bertema natal. Mereka yang menyebut televisi “kotak ajaib”ikut berkeliling menemaniku menonton didalam kamar.Kamarku kecil,tapi orangtuaku memberikan fasilitas segala hal yang kusukai disitu,agar aku kerasan tinggal di rumah Nenek.
  

     

Salma Nabilla
Ada televisi mungil yang hampir setiap sore kami tonton bersama tayangan favoritmereka adalah film kartun sore hari. Berhubung malam ini hujan deras,kami memutuskan untuk berkumpul saja di dalam kamarku yang hangat  sambil menonton televisi.

Malam itu,kami menonton film berjudul Home Alone.Film ini menceritakan tentang seorang anak yang terpisah dari keluarganya pada malam Natal. Adegan-adegan lucu di film itu banyak memancing tawa kami semua , tak terkecuali Peter. Suasana Natal khas Amerika di film itu kerapkali membuat kelimanya tersenyum dengan mata berbinar. Mereka  begitu mengagumi kelap-kerlip lampu yang menghiasi pohon-pohon Natal di film itu. Mata mereka bagai memiliki jiwa,tak seperti biasanya. 

       Namun aku tak menyangka , malam itu akan menjadi malam yang berakhir kaku. Kelima anak itu tiba-tiba tercengang,tatkala film itu menampilkan adegan pertemuan ibu dan anak tokoh utama pada malam Natal. Dalam adegan itu,sang Ibu terlihat begitu bahagia memeluk anaknya yang tak kalah bahagia. Hanya aku yang tersenyum melihat adegan itu , tampa menyadari binar di mata kelima sahabatku memudar. 

“Kalian kenapa?”Aku yang tersadar mulai bertanya perihal perubahan sikap mereka.

Hanya William yang merespons pertanyaanku. Dia menjawabnya dengan berkata,”Matikan saja kotak ajaibnya,Risa.”

Aku mengerutkan kening,semakin heran melihat perubahan drastis kelimanya. “Kenapa?Filmnya belum beres!” aku ngotot.

William menatapku serius sambil  mengangguk tegas,”Matikan.”

Peter yang kali pertama berbicara, setelah suasana hening cukup lama”Aku rindu Mama,rindu sekali...”Kepalanya tertunduk sedih.

       “Ke mana mamamu?” tanyaku polos. Sesungguhnya,aku tak pernah tahu apa yang terjadi  pada diri mereka semua pada masa lalu. Hans dan Hendrick agak kaget mendengar pertanyaan terakhirku,tapi kemudian ikut menunduk seperti Peter. “Iya,ke mana dia?”kembali pertanyaan itu meluncur dari bibirku. Tak ada yang menjawab pertanyaanku,bahkan Peter sekalipun.


Delia Febiana
Mereka semua membubarkan diri,ada yang berjalan lesu ke arah belakang kamar,ada yang berlari cepat ke arah pintu,berhamburan sendiri-sendiri,tak mengobrol seperti biasa.Janshen ikut-ikutan pergi meninggalkanku,padahal tadinya aku ingin berusaha mengorek info ini darinya,karena dia yang paling mudah untuk diajak bicara mengenai banyak hal.Aku ditinggalkan,kebingungan sendiri,dan mulai menyalahkan diri sendiri karena sesuatu yang tidak kuketahui.

Peter menyimpan sejuta misteri.Jauh di lubuk hatinya,aku bisa melihatnya sebagai anak yang baik dan punya kepekaan tinggi terhadap lingkungan sekitarnya.Ada kesedihan di mata sahabat-sahabatku,kesedihan yang merenggut binar mata mereka.Tapi,di antara yang lain, Peterlah yang paling terlihat menyedihkan.Dibalik semua sikapnya yang menyebalkan,ada perasaan yang tak pernah dia ungkapkan.

 Akhirnya,fakta-fakta baru muncul ke permukaan.Sebagian besar kudengar dari William.

Dipikir-pikir,William itu gemar bergosip juga,ya?Ya,walaupun dalam kemasan berbeda,tak seperti pada umumnya.Sejak aku kecil,Will yang sedikit demi sedikit membisikkan info tentang segala sesuatu yang terjadi pada mereka semua,sahabat-sahabatku.Tak terkecuali,cerita tentang Peter yang nakal.


Anak itu,Peter Van Gils,bukan sembarang anak Belanda.Orangtuanya punya peran penting semasa hidupnya,terutama sang Papa.Peter tumbuh dalam keluarga kaya yang tak kekurangan apa pun.Meski hidup di tanah jajahan,keluarga itu lumayan terpandang.Bukan berkuasa di kota besar,memang.Tapi,setidaknya,dikota kecil tempat keluarga ini tinggal,tak ada seorang pun yang tak kenal keluarga Van Gils.

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar